Iklan

News

Jalan Terjal Menuju Literasi: Pegawai Perpustakaan Pasangkayu Tetap Melayani di Tengah Hujan dan Lumpur

Selasa, 1.7.25 WIB Last Updated 2025-07-01T10:30:49Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini

PASANGKAYU, Mosulbar.com - Di tengah gencarnya upaya pemerintah mendorong minat baca dan penguatan literasi masyarakat, kisah para pegawai Dinas Perpustakaan Kabupaten Pasangkayu menjadi potret nyata perjuangan tanpa pamrih. Berkantor di wilayah Lingkungan Tanjung Babia, Kelurahan Pasangkayu, mereka menghadapi tantangan berat setiap hari terutama saat musim hujan datang.


Akses menuju kantor perpustakaan yang berada di Jalan Mayjen Ahmad Yani bukanlah jalan beraspal seperti kebanyakan fasilitas publik lainnya. Jalan menanjak sepanjang 150 meter itu masih berupa tanah, licin dan berlumpur ketika hujan turun. Tak jarang, para pegawai terpaksa memarkir sepeda motor mereka di bawah, lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menyusuri jalur curam yang sulit dilalui.


“Kalau hujan deras, sepeda motor sudah tidak bisa naik. Kita jalan kaki saja, meski kadang hampir jatuh karena licin,” ungkap salah satu pegawai perpustakaan dengan nada tenang namun pasrah, Selasa (1/7/2025).


Kondisi medan yang sulit ini bukan hanya dirasakan para pegawai, tetapi juga memengaruhi pelayanan kepada masyarakat. Banyak pelajar dan warga yang urung datang ke perpustakaan karena medan yang tidak bersahabat. Padahal, keberadaan perpustakaan menjadi salah satu jantung penggerak literasi di Kabupaten Pasangkayu.


Kepala Dinas Perpustakaan Kabupaten Pasangkayu mengaku prihatin dan berharap ada perhatian lebih dari pemerintah daerah. Menurutnya, perbaikan akses jalan bukan hanya soal kenyamanan pegawai, tapi bagian dari upaya memperkuat pelayanan publik yang adil dan merata.


“Pemerintah daerah sudah membuka badan jalan sebagai langkah awal, tapi kondisinya masih berupa tanah. Kami berharap ada rabat beton atau pengaspalan, karena ini fasilitas publik,” ujar Kepala Dinas.


Meski harus melawan cuaca, medan berat, dan keterbatasan fasilitas, semangat para pegawai tak pernah surut. Mereka terus membuka pintu perpustakaan, menyusun buku, dan menerima pengunjung yang datang, seolah ingin menunjukkan bahwa pelayanan tak harus menunggu fasilitas sempurna.


Kisah mereka adalah cerminan nyata dari semangat aparatur sipil negara yang mengabdi dalam diam. Di balik lumpur dan hujan, mereka tetap melangkah demi satu tujuan mulia: membangun budaya baca dan mencerdaskan generasi masa depan Pasangkayu.


Perjuangan ini menjadi pengingat bahwa literasi bukan hanya dibangun dari buku dan rak, tapi juga dari tekad dan pengorbanan orang-orang yang menjaga nyalanya tetap hidup—meski harus menapaki jalan terjal setiap hari.(Red)

Komentar

Tampilkan

Terkini