POLEWALI-MANDAR, Mosulbar.com - Kesenian tradisional Kuda Lumping yang dibawa oleh para transmigran dari Pulau Jawa sejak puluhan tahun silam terus hidup dan berkembang di tengah masyarakat Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Salah satu grup seni yang aktif melestarikannya adalah Karya Bakti Kediri dari Desa Sidorejo, Kecamatan Wonomulyo.
Hari ini, Selasa (7/10/25), grup Kuda Lumping Karya Bakti Kediri tampil dalam sebuah hajatan keluarga di Desa Tumpiling, atas undangan dari Bapak Andi Busman. Undangan ini merupakan bagian dari nazar yang pernah ia ucapkan, sebagai bentuk syukur dan penghormatan terhadap budaya yang sudah mengakar lama di tanah Mandar.
Dalam penampilannya, para penari Kuda Lumping membawakan atraksi penuh energi yang memadukan gerakan dinamis, musik gamelan Jawa, serta nuansa magis yang memukau para tamu undangan. Kesenian ini masih menjadi bagian penting dalam berbagai acara, mulai dari penyambutan pejabat, hajatan pernikahan, hingga syukuran atau nazar.
Pak Darno Majid, salah satu keluarga dari tuan rumah, menyampaikan bahwa kesenian Kuda Lumping telah hadir di Wonomulyo sejak tahun 1937. "Saat itu, Camat pertama Wonomulyo, Raden Suparman, menjadi salah satu tokoh yang membawa dan memperkenalkan kesenian ini di tengah masyarakat lokal," ujarnya.
Ketua kelompok Kuda Lumping Karya Bakti Kediri, Bapak Riadi, menegaskan komitmen mereka dalam menjaga warisan budaya ini. "Kesenian ini adalah titipan leluhur dan nenek moyang kami. Kami akan terus melestarikannya dari generasi ke generasi," ucapnya penuh semangat.
Hal senada juga diungkapkan oleh Andi Busman. Meskipun dirinya berasal dari suku Bugis Mandar, ia mengaku sangat mencintai kesenian ini. "Kuda Lumping punya tempat tersendiri di hati masyarakat. Ini adalah simbol keberagaman dan kekayaan budaya yang harus kita jaga bersama," ungkapnya.
Pelestarian Kuda Lumping di Polewali Mandar bukan hanya bentuk penghormatan terhadap warisan budaya, tetapi juga simbol persatuan dalam keberagaman. Seni ini menjadi penghubung antara budaya Jawa dan Mandar, hidup berdampingan dalam harmoni sosial.,
Penulis : Usman padong.
0Komentar